“Jadilah seperti gula dalam minuman kopi atau teh. Tanpa gula, kopi terasa pahit. Akan tetapi ketika terasa nikmat, orang tidak akan menyebut jasa gula. Gula sabar, meskipun yang disanjung dan disebut nikmat kopinya.
Mereka yang tidak terkenal ini mungkin justru memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada yang dikenal.
Jadilah seperti pohon mangga. Apapun yang diterimanya, baik pupuk, baik air, baik dikencingi, akar pohon akan tetap menerima dan menyaringnya, untuk kemudian untuk menghasilkan buah yang manis (memberikan manfaat)."
~ Habib Syech, Mustasyar PWNU Jateng
HABIB SYECH: JADILAH SEPERTI GULA DALAM KOPI
Betapa banyak manusia yang memiliki banyak jasa, akan tetapi ia justru tidak ingin dikenal. Seperti halnya dengan para ulama yang banyak berjasa bagi bangsa ini. Mereka turut berjuang tanpa ingin dianggap sebagai pahlawan.
“Jadilah seperti gula dalam minuman kopi atau teh. Tanpa gula, kopi terasa pahit. Akan tetapi ketika terasa nikmat, orang tidak akan menyebut jasa gula. Gula sabar, meskipun yang disanjung dan disebut nikmat kopinya,” terang Habib Syech di depan puluhan ribu jamaah yang memadati koridor Jalan Jendral Sudirman Solo, Sabtu (22/10) malam.
Begitu pula orang-orang yang ikhlas dalam berjuang. Meskipun tidak dikenal, tetapi terkadang kedudukan mereka lebih mulia. “Mereka yang tidak terkenal ini mungkin justru memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada yang dikenal.”
Mustasyar PWNU Jateng itu berpesan kepada hadirin agar menjadi manusia yang bermanfaat. “Jadilah seperti pohon mangga. Apapun yang diterimanya, baik pupuk, baik air, baik dikencingi, akar pohon akan tetap menerima dan menyaringnya, untuk kemudian untuk menghasilkan buah yang manis (memberikan manfaat),” tutur Habib Syech.