Moment chemistry seekor anjing liar yang keepo dengan vibes positif seorang ukhti baik hati. Beramah tamah. ❤️
🎬 TikTok @tantikaasyah
Moment chemistry seekor anjing liar yang keepo dengan vibes positif seorang ukhti baik hati. Beramah tamah. ❤️
🎬 TikTok @tantikaasyah
Dia MAHA MENGETAHUI siapa di antara hamba-Nya yang tabah dan sabar menghadapi ujian sehingga ia termasuk orang-orang yang LULUS dan menang.
"Dan Kami jadikan sebagian kamu SEBAGAI COBAAN bagi sebagian yang lain. Maukah KAMU bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat." (QS. 25:20)
Dari Atsar Ibnu Mas'ud. Abdullah bin Ibnu Masud radliyallahu anhu berkata:
Y not..?! 🎐 #god #tuhan #allah #allahuakbar #alhamdulillah #love #doa #sambat #semangat #motivasi #dontgiveup #janganlupabahagia #bersyukur #quotes #bahagia #happiness #gbu #godblessyou #tawakal #istiqamah #inspirasi #sukses #kerja #iman #attitude #mindset #positivevibes #positif #optimis #bismillah https://www.instagram.com/p/CnKDvI3jJdl/?igshid=NGJjMDIxMWI=
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata:
(Al-Qaulul Mufid, jilid 1 hlm. 150)
Melihat anjing tersebut sekarat, Kang Ustadz Abdu yang asli Tegal itu menempelkan telapak tangannya ke jidat anjing dan berkata dalam bahasa Tegal:
"Su, Asu (jing, anjing), angger kowen arep mati ya mati (kalau kamu mau mati ya mati saja), angger arep urip ya waras (Kalau mau hidup, sembuhlah)".
Oleh: Gus Mus
Dulu agama menghancurkan berhala. Kini agama jadi berhala. Tak kenal Tuhannya, yang penting agamanya.
Dulu orang berhenti membunuh sebab agama. Sekarang orang saling membunuh karena agama.
Dulu orang saling mengasihi karena beragama. Kini orang saling membenci karena beragama.
Agama tak pernah berubah ajarannya dari dulu,Tuhannya pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apanya? Manusianya?
Dulu orang belajar agama sebagai modal, untuk mempelajari ilmu lainnya. Sekarang orang malas belajar ilmu lainnya, maunya belajar agama saja.
Dulu pemimpin agama dipilih berdasarkan kepintarannya, yang paling cerdas di antara orang-orang lainnya. Sekarang orang yang paling dungu yang tidak bisa bersaing dengan orang-orang lainnya, dikirim untuk belajar jadi pemimpin agama.
Dulu para siswa diajarkan untuk harus belajar giat dan berdoa untuk bisa menempuh ujian. Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat sebelum ujian berdoa paling kencang, karena diajarkan pemimpin agamanya untuk berdoa supaya lulus.
Dulu agama mempererat hubungan manusia dengan Tuhan. Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena terlalu sibuk dengan urusan-urusan agama.
Dulu agama ditempuh untuk mencari Wajah Tuhan. Sekarang agama ditempuh untuk cari muka di hadapan Tuhan.
Esensi beragama telah dilupakan. Agama kini hanya komoditi yang menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, karena semua yang berbau agama telah didewa-dewakan, takkan pernah dianggap salah, tak pernah ditolak, dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan.
Agama jadi hobi, tren, dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.
Agama kini diper-Tuhankan, sedang Tuhan itu sendiri dikesampingkan. Agama dulu memuja Tuhan. Agama kini menghujat Tuhan. Nama Tuhan dijual, diperdagangkan, dijaminkan, dijadikan murahan, oleh orang-orang yang merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan.
Tuhan mana yang mengajarkan tuk membunuh?
Tuhan mana yang mengajarkan tuk membenci?
Tapi manusia membunuh, membenci, mengintimidasi, merusak, sambil dengan bangga meneriakkan nama Tuhan, berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah manusia lainnya.
Agama dijadikan senjata untuk menghabisi manusia lainnya. Dan tanpa disadari manusia sdg merusak reputasi Tuhan, dan sdg mengubur Tuhan dalam-dalam di balik gundukan ayat-ayat dan aturan agama. Ahmad Mustofa Bisri
*) Reposting HariMerdekaDrecpecs
Kafir (dalam bahasa Inggris diterjemahkan "infidel") adalah kata yang penuh dengan relativitas ukur. Kata "kafir" seringkali disematkan kepada pihak yang berbeda dan menolak untuk diajak sama. Kata ini sangat totaliter yang gemar dilekatkan kepada identitas yang tidak jinak. "Kafir" juga sulit diperdebatkan secara etimologis, karena ia bisa sangat lentur tergantung dari wilayah pandangnya. Kata "Kafir" tidak hanya berlaku bagi yang berbeda keyakinan, tapi juga sering terjadi dalam kesamaan iman.
Semua agama memiliki idiom "Kafir" dan kata ini juga tidak bisa lepas dari label yang tertuju kepada yang "sulit dikendalikan". Seperti halnya konspirasi pembunuhan oleh Uskup Agung Francesco Salviati terhadap Gioliano de' Medici di St. Peter's Basilica dalam "Conspirazione dei Pazzi". Bahkan dalam sejarah Islam, Sayyidina Utsman dan Ali dibunuh secara keji oleh mereka yang mempunyai keimanan yang sama setelah sebelumnya terjadi proses pengkafiran. Kata "kafir" hingga hari ini adalah takar-takar yang secara historis tak pernah mengenal kebakuan kategori.
"Manusia adalah binatang, seperti halnya Simpanse", kata Dale Peterson dalam buku epiknya, "Demonic Males". Penuh satir dia menulis; human attack and kill others for no reason except that they are not "one of us". Kata "Kafir" dalam genealogi sejarah seolah hanya alat manusia untuk menyekat dengan manusia lainnya karena alasan; "mereka bukan kita".
Kata "Kafir" memang dimiliki oleh semua agama, tapi bagaimanapun "mengkafir-kafirkan" tetaplah perbuatan manusia. Atas nama Tuhan manusia memang tidak akan pernah berhenti saling menuding "kafir" satu sama lain hingga kelak tiba hari Kiamat. Ini watak dasar manusia yang frontal dan segregasional. Karenanya Tabrizi pernah berteriak di Damaskus: "membajak nama Tuhan untuk menghakimi orang lain adalah perilaku manusia-manusia gelisah, yakni orang-orang yang tidak mampu menemukan kasih sayang Tuhan, lalu menciptakan Tuhan dalam dirinya sendiri".
Happy Monday everyone.
🔎 https://www.instagram.com/p/Cd4ZfvvpoXC/?igshid=YmMyMTA2M2Y=.
~ Nyai Hj. Azzah As'ad Umar